Liputan6.com, Jakarta – Post-traumatic stress disorder (PTSD) atau gangguan stress pascatrauma dapat terjadi setelah seseorang mengalami peristiwa traumatis sehingga menyebabkan mereka merasa takut, terkejut, atau tidak berdaya. Hal ini dapat menimbulkan efek jangka panjang, termasuk kilas balik, kesulitan tidur, dan kecemasan.
Contoh peristiwa yang dapat memicu PTSD adalah kecelakaan, perang, kejahatan, kebakaran, kematian orang yang dicintai, atau segala jenis pelecehan. Pikiran dan ingatan yang buruk mungkin muncul kembali meskipun bahaya telah berlalu.
PTSD diperkirakan mempengaruhi antara 7–8 persen populasi dunia dan lebih mungkin mempengaruhi perempuan dibandingkan laki-laki.
Empat tahun lalu, penyanyi Ariana Grande pernah mengalami keadaan ini sejak kejadian bom bunuh diri yang menewaskan 22 orang saat konsernya di Manchester, Inggris, pada Mei 2017.
Gejala PTSD biasanya dimulai dalam waktu 3 bulan setelah peristiwa traumatis terjadi, tetapi bisa juga terjadi secepat mungkin seperti mengutip Medical News Today, Sabtu (26/8/2023).
Diagnosis PTSD harus memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition (DSM-5) oleh American Psychiatric Association (APA).
Menurut pedoman ini, orang yang didiagnosis PTSD harus mengalami paparan terhadap kematian atau ancaman kematian pribadi, cedera serius atau kekerasan seksual baik secara langsung, sebagai saksi, yang terjadi pada orang yang dicintai, dan selama menjalankan tugas profesional mengalami hal berikut selama lebih dari 1 bulan:
- Satu atau lebih gejala intrusi
- Satu atau lebih gejala penghindaran
- Dua atau lebih gejala yang mempengaruhi suasana hati dan pemikiran
- Dua atau lebih gejala gairah dan reaktivitas yang dimulai setelah trauma.
Contoh Gejala PTSD
Berikut beberapa contoh dari keempat jenis gejala tersebut:
- Gejala Intrusi:
Mimpi buruk, kilas balik dan sensasi bahwa peristiwa itu terjadi lagi pikiran-pikiran yang menakutkan
- Gejala penghindaran:
Menolak untuk membahas acara tersebut menghindari situasi yang mengingatkan orang tersebut akan peristiwa yang memuat trauma.
- Gejala yang mempengaruhi mood dan pemikiran:
Ketidakmampuan untuk mengingat beberapa aspek dari peristiwa tersebut perasaan bersalah dan disalahkan. Merasa terpisah dan terasing dari orang lain dan mati rasa secara emosional dan mental. Mengalami penurunan minat dalam hidup, kesulitan berkonsentrasi hingga masalah kesehatan mental, seperti depresi, fobia, dan kecemasan
- Gejala gairah dan reaktivitas:
Kesulitan tidur, mudah tersinggung dan ledakan kemarahan, hipersensitivitas terhadap kemungkinan bahaya, merasa tegang dan cemas.
Selain itu, gejala-gejala ini harus menyebabkan seseorang tertekan atau kesulitan menghadapi pekerjaan atau hubungan, dan gejala-gejala tersebut tidak boleh disebabkan oleh penggunaan obat-obatan atau zat lain atau kondisi kesehatan lainnya.
Pengobatan PTSD
Terapi pada PTSD memiliki tiga tujuan utama:
1. Mengatasi gejala yang timbul
2. Mengajarkan penderita keterampilan untuk menghadapi situasi tersebut
3. Mengembalikan arti dan nilai diri
Sebagian besar terapi PTSD berada di bawah naungan terapi perilaku kognitif (CBT). Lewat terapi tersebut diharapkan bisa mengubah pola pikir yang mengganggu pikiran dan hidup para penderita PTSD.
Terapi dilakukan secara kelompok atau bersama keluarga mungkin akan menjadi pilihan yang bagus dibandingkan dengan terapi yang dilakukan sendirian seperti mengutip WebMD.