Liputan6.com, Jakarta – Terkait polusi udara, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta seluruh Puskesmas di DKI Jakarta rutin memeriksa kualitas udara dengan alat sanitari kit. Langkah ini untuk memperkuat surveilans data polusi udara di Ibu Kota. Budi Gunadi mengatakan, pengecekan kualitas udara oleh Puskesmas dilakukan mulai pekan depan.
“Mulai pekan depan, saya minta diukur setiap pekan. Dengan itu, laporannya kita tahu di semua Puskesmas di DKI Jakarta mana yang polusi udaranya tinggi,” kata Budi selepas jalan santai pada acara car free day di kawasan MH. Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu, 27 Agustus 2023, dilansir Antara.
Jika hasil pengukuran menunjukkan angka tinggi, maka petugas Puskesmas harus mengirimkan sampel ke laboratorium kesehatan untuk memeriksa sumber polusi udara. Dengan demikian, pemerintah pusat bisa mengusulkan pada pemerintah daerah untuk menanggulangi sektor-sektor penghasil emisi terbesar di Jakarta.
Menkes mengungkap ada tiga penyebab utama polusi udara yakni transportasi, pembangkit listrik tenaga uap dengan bahan bakar batu bara, serta industri-industri yang menggunakan batau bara atau bahan bakar karbon lainnya.
“Dengan demikian, kami bisa mengusulkan misalnya untuk daerah Jakarta Selatan dibereskan mobil. Jakarta Barat karena banyak pabrik dari Tangerang, itu yang mesti dibereskan,” ujar Menkes.
5 Penyakit Pernapasan
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan, partikel polusi PM2,5 bisa menyebabkan berbagai penyakit pernapasan yang mengganggu kesehatan manusia.
Ada lima besar penyakit pernapasan, yaitu infeksi saluran pernapasan, penyakit paru obstruksi kronik, radang paru-paru, dan tuberkulosis.
Pada 2022, BPJS Kesehatan mengklaim Rp10 triliun untuk biaya pengobatan kelima penyakit pernapasan tersebut.
Diimbau Gunakan Masker Saat di Luar Rumah
Masyarakat yang beraktivitas di luar rumah diimbau untuk memakai masker sebagai upaya mencegah PM2,5 terhirup masuk ke paru-paru mengingat angka masyarakat yang terkena penyakit itu kini mencapai 200 ribu orang per bulan lebih tinggi dibandingkan angka tahun lalu yang hanya 50 ribu orang per bulan.
“Kalau sudah kena (penyakit paru-paru) harus ke dokter. Langkah paling penting mencegah, kalau bisa lebih banyak orang pakai kendaraan umum,” pungkasnya.